Sebagai Psikolog Klinis Anak, saya memahami tantangan yang dihadapi oleh para ayah dan ibu di Indonesia. Apalagi jika dulu kita sebagai anak minim pengalaman, diberikan kesempatan untuk boleh bertanya dengan aman ke ayah dan ibu. Bahkan, ada juga yang mungkin mengalami malah dimarahi ayah dan ibu habis-habisan ketika banyak bertanya dan menunjukkan rasa Ingin tahu sebagai anak.
Namun sebagai ayah dan ibu zaman now, kita bisa melakukan reparenting ke diri kita dengan cara berlatih mengenal dan mengelola emosi. Hal ini dilakukan supaya bisa memberikan cara pengasuhan kepada anak di zaman now dengan lebih memahami kebutuhan emosi anak. Salah satunya adalah kebutuhan untuk difasilitasi ketika punya rasa ingin tahu sebagai anak yang baru pertama kali melihat dunia sekitar.
Mengasuh anak usia 0-24 bulan bukanlah tugas yang mudah, tetapi ada cara-cara praktis sehari-hari yang dapat meningkatkan kecerdasan anak kita, yaitu dengan melatih rasa ingin tahu sejak dini.
Mengapa Rasa Ingin Tahu Penting?
Rasa ingin tahu adalah fondasi penting dalam pengembangan kecerdasan. Anak yang ingin tahu cenderung lebih aktif dalam belajar dan mengeksplorasi lingkungannya. Hal ini membantu mereka memahami konsep baru dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
Rasa ingin tahu anak yang difasilitasi di usia 5 bulan hingga 2 tahun adalah fondasi kesiapan belajar dan rasa senang belajar yang baru terasa di usia 5 hingga 7 tahun ke atas saat anak mulai sekolah.
Kalau ingin anak senang bersekolah dan pintar di sekolah, ayah dan ibu perlu melatih rasa ingin tahu anak sejak usia dini.
Bagaimana Melatih Rasa Ingin Tahu?
- Berikan Stimulasi yang Sesuai Usia
- Untuk bayi, gunakan mainan yang berwarna cerah dan mengeluarkan suara untuk membantu mereka belajar tentang sebab serta akibat.
- Untuk bayi, ketika ayah dan ibu sedang membangunkan anak, memandikan anak, dan menyuapi anak, gunakan ekspresi wajah yang senang melihat anak. Lalu walaupun anak belum bisa berkata-kata, kita bantu jelaskan apa saja yang sedang anak alami serta apa saja yang ada di sekitar anak. Misalnya, “Wah coba lihat, ini ibu pake piring warna putih untuk kasih makan adik, coba kita lihat wah ada warna apa saja ya di makanan adik hari ini?”
- Untuk balita, ajaklah mereka menjelajah lingkungan sekitar. Taman atau pasar lokal bisa menjadi tempat belajar yang baik. Sambil berjalan ke sekitar rumah maupun ke tempat-tempat yang baik untuk stimulasi anak seperti ke taman atau kebun binatang. Ayah dan ibu juga perlu menceritakan secara verbal apapun yang dilihat atau didengar anak di lingkungan tersebut. Contohnya, “Nah sekarang ini kita sedang berada di taman, Dik. Coba kita lihat ada apa saja ya di sini? (Sambil melihat ke sekeliling, beri jeda sebentar). Ini lihat deh (ayah dan ibu sambil menunjuk), di sini ada rumput yang beda ya bentuknya sama yang di sebelah sana… wah ini juga ada bunga yang berwarna pink ya. Ini namanya bunga kembang sepatu, Dik.” Demikian juga saat ke pasar atau ke tempat-tempat lainnya.
Otak di area rasa ingin tahu anak baru teraktivasi kalau ayah dan ibu menceritakan secara verbal terkait apa yang dilihat oleh mata anak serta apa yang didengar oleh telinga anak. Oleh karenanya, pembelajaran tentang apa saja yang ada di lingkungan sekitar anak menjadi konkrit, tidak abstrak, dan disesuaikan dengan kemampuan anak usia dini yang baru belajar atau menyerap informasi lewat sistem inderanya (sensory-based learning).
- Dengarkan dan Responsif: Lakukan Komunikasi Reflektif ke Anak
- Saat anak ayah dan ibu bertanya atau menunjukkan sesuatu, dengarkan dan responsif. Ini menunjukkan bahwa ayah dan ibu menghargai rasa ingin tahu mereka.
- Saat anak bertanya, ulangi lebih dulu apa yang ia tanyakan. Setelah itu, baru menjawab/merespon. Misalnya anak bertanya, “Bu/Yah kenapa awan ada di atas?”, “Oh iya Ibu/Ayah dengar adik bertanya kenapa awan ada di atas ya? Jadi awan itu…”
- Buat Belajar Menjadi Menyenangkan
- Gunakan permainan dan cerita untuk mengajarkan konsep baru. Belajar melalui bermain sangat efektif pada usia ini.
- Permainan melompat sambil mengingat angka akan lebih diingat anak daripada hanya duduk sambil menghafal.
- Berlatih motorik halus di jari-jari tangan untuk persiapan menulis dimulai dari ekspresi ayah dan ibu yang seru dan semangat saat anak mencampur tepung dengan air dan pewarna makanan untuk latihan otot tangan terbiasa meremas tekstur untuk pondasi kemampuan menulis. Atau kegiatan menuang air dari satu mangkok ke mangkok atau gelas lainnya.
- Bacakan Buku
- Mencoba membacakan buku dengan gambar dan menunjukkan kepada mereka gambar-gambarnya sangat membantu. Buku bergambar sederhana dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan imajinasi mereka.
- Gunakan intonasi suara yang ekspresif saat bercerita ke anak karena nada bicara yang datar tidak bisa dipahami otak anak.
- Ajari Anak Mengamati
- Ajak anak mengamati hal-hal di sekitar, seperti bentuk awan atau warna bunga. Hal ini dapat mengasah kemampuan observasi dan memicu pertanyaan. Contohnya dengan kalimat “Yuk coba lihat ke atas tuh awannya bentuknya gimana, ya?”
Menghadapi Tantangan
Saya mengerti bahwa kelelahan ayah dan ibu dalam mengasuh anak, bekerja, menghadapi tantangan ekonomi, serta ketidaksukaan ayah dan ibu untuk membaca dapat membatasi sumber daya yang tersedia. Namun, ingatlah bahwa interaksi yang ekspresif dan menyenangkan serta kasih sayang adalah kunci utama dalam pengembangan kecerdasan anak. Berikan waktu, perhatian, dan dorongan kepada anak ayah dan ibu. Pastikan juga bahwa ayah dan ibu melakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran karena perkembangan anak yang optimal serta energi ayah dan ibu yang optimal untuk mengasuh anak hanya bisa didapatkan dari usaha mengatur jarak kelahiran anak.
“Anak tidak minta dilahirkan, maka kitalah sebagai ayah dan ibu yang harus mengusahakan memberikan stimulasi terbaik untuk tumbuh kembang anak.”
Melatih rasa ingin tahu pada anak tidak memerlukan biaya mahal. Yang terpenting adalah kesediaan ayah dan ibu untuk terlibat dalam proses belajar anak sejak usia dini dan mendukung mereka dengan kasih sayang serta perhatian. Ingat, setiap anak adalah unik dan memiliki potensi luar biasa yang hanya menunggu untuk digali.
Salam,
Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog
Psikolog Klinis Anak dan Remaja
Therapeutic Play Certified Practitioner
Diploma in Play Therapy